izinkan aku meminangmu



 IZINKAN AKU MEMINANGMU
By : Oyidyoshii
Malam pun begitu malas tuk bertemu dengan  sunyinya pagi, rintik hujan saling bersahutan menerpa jendela kamar Aisyah menyanyikan lagu kerinduan kepada sang Khalik, senandung syukur tetap terucap dari makhluk-Nya siang malam. Kamar yang sunyi senyap menjadi tempat peristirahatan yang tenang buat Aisyah. Tengah malam pun berlalu, bunyi dering alarm membuat Aisyah dengan malas akhirnya bangun untuk melaksanakan rutinan ibadahnya pada malam hari, dengan jalan sempoyongan dan mata yang sedikit terpejam Aisyah menuju kamar mandi disamping kamarnya. Guyuran air wudhu dalam dinginnya malam itu begitu menusuk kulit membuat Aisyah kedinginan pada malam itu. Sujud demi sujud menggugah jiwa ini untuk dekat kepada-Nya dalam dekapan malam, dengan diakhiri untaian kalimat do’a dalam khusyuknya pikiran.
Pagi membawa kehidupan baru bagi setiap makhluk-Nya, dengan mengorbankan sisa hidup demi kedewasaan yang menanti. Hujan tadi malam menyisakan embun pada daun dan setiap ciptaan-Nya.Dengan langkah anggun Aisyah keluar dari ‘gubuk’ menuju warung depan rumahnya tepatnya diujung jalan, sembari mengisi perut yang sedari malam keroncongan meminta makan. Warung sederhana ini membawa sebuah kedamaian dalam setiap benak pelanggan yang datang sekedar untuk mengisi perut, bukan hanya dari keadaan warung itu tapi juga dari keramahan ibu pemilik warung, orang sering memanggilnya mbok Minah.
‘Assalamu’alikum, gimana kabarnya bu?’, sapa Aisyah setelah sampai dan duduk tepat persis di depan mbok Minah dengan senyum dibibirnya.
‘Wa’alaikumsalam, alhamdulillah baik, Aisyah sendiri bagaimana?’ seru mbok Minah itu dengan membalas senyum dari Aisyah yang memang sudah menjadi langganan dalam mencari makanan setiap pagi.
‘Alhamdulillah baik juga kok mbok, walau sedikit ada masalah yang membuat pusing Aisyah hari ini’ jawab Aisyah.
‘Masalah apa?’ tanya mbok Minah penasaran.
‘Bukan apa-apa kok mbok cuma masalah kecil yang harus diselesaikan hari ini’ jawab Aisyah dengan menyunggingkan senyum untuk memastikan mbok Minah.
‘Yah, semoga Allah memberikan jalan yang terbaik kepada Aisyah’ do’a mbok Minah sambil menatap Aisyah. ‘Oh iya, mau pesen apa neng?’ tawar mbok Minah. ‘Sampai lupa embok’.
‘Seperti biasa mbok’ jawab Aisyah lesu.
‘Tunggu sebentar ya, embok siapin dulu’ lanjut mbok Minah. Dengan cekatan layaknya koki profesional dalam membuat setiap pesanan Aisyah, nasi soto adalah makanan kesukaan Aisyah saat pagi di warung tersebut.
Dengan perut yang sudah terisi akhirnya Aisyah memutuskan untuk pulang setelah beberapa saat berbincang dengan mbok Minah.Sesampainya dirumah, Aisyah mulai mempersiapkan diri untuk mencari ilmu di kampus. Jalan kaki menyusuri kota Jombang memberikan kesenangan tersendiri bagi Aisyah, melihat pemandangan keramaian di sekitar toko yang ia lewati dan juga pasar-pasar yang mulai ramai pengunjung yang kebanyakan adalah ibu-ibu rumah tangga sedangkan bapak-bapak menunggu di tempat parkir berbincang-bincang dengan pengunjung lain. Bukan hanya itu jarak kampus yang lumayan dekat membuat Aisyah lebih memilih jalan kaki untuk menghemat biaya.
‘Assalamu’alaikum’ sapa orang di belakangnya saat sampai di depan gerbang kampus.
‘Wa’alaikumsalam’ jawab Aisyah sambil menoleh kebelakang, ‘Eh Rina, tumben pagi-pagi udah sampe kampus, ada apa?’ tanya Aisyah sambil membarengi jalan temannya.
‘Nggak kok cuma pengen aja ngeliat temenku yang rajin ini’ seru Rina sambil tersenyum polos.
‘Ah kamu bisa aja, aku nggak rajin kok cuma nggak pengen telat’. Jawab Aisyah
‘Itu mah sama aja’ kata Rina.
‘hehehe’ senyum Aisyah dengan polos, mereka pun berjalan beriringan menuju ruangan. Dosen akhirnya memasuki ruangan, bersiap-siap memberi pelajaran hari itu.

‘Akhir kata Wassalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh’ ucap dosen mengakhiri kelas hari ini. Aisyah bersiap-siap pulang sambil memasukkan alat dalam mencari ilmu kedalam tas. Perjalanan pulang Aisyah mampir ke wartel untuk sekedar telpon orang tua di kampung.
‘Halo, Assalamu’alaikum’ ucap ayah Aisyah mengawali.
‘Wa’alaikumsalam, yah’ jawab Aisyah
‘Ada apa nduk tumben nelpon siang-siang begini, kamu nggak kuliah ?’ tanyanya.
‘Udah selesai kok yah, cuma pengen nelpon aja. O’ya gimana kabar ayah dan ibu di kampung?’ celoteh Aisyah sambil memegang gagang telpon.
‘ Alhamdulillah, ayah sama ibu sehat-sehat saja di kampung, kamu sendiri gimana nduk?’ tanya ayah Aisyah.
‘Alhamdulillah sehat yah’ jawab Aisyah.
‘O’ya ayah mau cerita sama kamu masalah perjodohan kamu nanti’ kata ayah.
‘perjodohan?’ tanya Aisyah dengan kaget hampir-hampir melepaskan gagang telpon.
‘Iya perjodohan, Ayah punya calon buat kamu yang mungkin cocok’ timpalnya.
‘Tapi kan yah...’
‘Tapi apa? ayah cuma pengen memilihkan yang terbaik buat kamu Aisyah’ serobotnya.
‘Nanti ayah kabari lagi waktu wisudamu’
‘Baik yah,’ dengan wajah lesu Aisyah menjawab.
‘Baiklah, assalamu’alaikum’ tutupnya
‘Wa’alaikumsalam’ jawab Aisyah dengan sedikit senyum kecut menghiasi wajahnya.
Semenjak percakapan itu hari-hari Aisyah menjadi seperti tertutupi awan mendung, terasa sangat tidak bersemangat, cerah dalam wajah Aisyah mulai memudar, murung. ‘Seandainya waktu itu aku bilang ke ayah kalo aku udah punya calon, pasti nggak akan gini jadinya’ pikirnyadalam hati.
Kampus, tempat yang seharusnya menyenangkan, sekarang terasa sangat membosankan. Hari demi hari Aisyah lewati dengan melamun di setiap sudut kampus, masih terngiang percakapan dengan ayahnya waktu itu. Dengan ketidakpastian Muhammad, kekasihnya di kampus, membuat Aisyah semakin gundah gulana menghadapi masalah jodoh ini.
Pernah suatu ketika waktu Aisyah dan Muhammad berjalan bersama menyusuri jalanan sekitar desa sekedar melepas penat dari kesibukan masing-masing di kampus, dengan mesranya mereka berjalan berdua mengitari perkampungan yang masih damai dan asri belum terjamah oleh modernisasi kota.
‘Mas (panggilannya untuk Muhammad), janjikan mau nikahin aku ?’ tanya Aisyah sambil menatap wajah Muhammad yang sedikit lesu.
‘Emangnya wajahku kurang menjanjikan, dek?’ jawab Muhammad dengan sedikit guyonan sambil menunjuk wajahnya.
 ‘Bukan begitu, takutnya mas gak mau nikahin aku karena kekuranganku’ ucap Aisyah sedikit cemas.
‘Nggak kok dek, sudah jadi tanggung jawab mas untuk menutupi kekuranganmu’ jawab Muhammad dengan senyuman menyungging di bibirnya.
‘Nanti setelah wisuda mas akan ambil kamu dari orang tua kamu’ lanjutnya.
‘Janji ya mas’ sela Aisyah dengan membalas senyum Muhammad
Mereka pun memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing masih melewati jalan perkampungan tadi.
Hari yang sangat membahagiakan bagi Aisyah pun datang, wisudawan wisudawati naik ke atas panggung satu persatu setelah nama mereka di panggil, terakhir nama-nama para mahasiswa terbaik dipanggil, Aisyah duduk disamping orangtuanya harap-harap cemas menunggu setiap nama yang di panggil. ‘Terakhir mahasiswa yang kami cintai dan sangat kami banggakan, Aisyah Nur Fatimah’ panggil rektor kampus dengan bangga, Aisyah pun beranjak dari tempat duduk dengan sedikit menoleh ke orangtuanya sambil tersenyum bangga, slayer tanda kelulusan telah Aisyah kenakan dengan bangga setiap orang yang datang baik mahasiswa maupun orang tua wali saling bertepuk tangan, gemuruh pun bergema di setiap sudut aula kampus.
Daun gugur pun ikut bangga, angin pun menari-nari oleh kelulusan seorang sholehah sepertiAisyah. Dengan langkah cepat Aisyah mencari-cari keberadaan orangtuanya yang sempat menghilang karena tadi ditinggal berfoto dengan teman-teman satu perjuangannya sebagai kenang-kenangan terakhir buat mereka.
‘Ayah’ panggil Aisyah.
Dari kejauhan ayahnya menoleh dan melambaikan tangan, ‘Aisyah’ jawab ayah
dengan sedikit berlari Aisyah mendekati tempat ayahnya berada, sesampainya disana dengan mengulum senyum kepada orangtuanya.
‘Maaf, lama ya yah’
‘Gak apa kok, lagian ayah sama ibu menikmati sejuknya angin disini’
‘Habis ini ayah sama ibu langsung pulang atau menginap dulu di rumah Aisyah?’ tanya Aisyah.
‘Ayah sama ibu langsung pulang, soalnya nggak enak rumah kampung ditinggal lama-lama’ jawab ayah
‘Aisyah anterin ya yah?’
‘Ya harusnya emang gitu berbakti kepada orang tua, O’ya kamu disini sampai kapan? Ayah mau ngenalin kamu sama calon pilihan ayah.’ Tanya ayahnya.
‘Mungkin tiga sampai dua hari lagi Aisyah disini,’ jawab Aisyah dengan sedikit murung mendengar ucapan ayahnya tadi.
Perjalanan pulang Aisyah lebih banyak diam seharusnya ini adalah hari yang membahagiakan buat dia. Dengan sedikit lemas Aisyah menuju kamar untuk sejenak merebahkan badannya dari kepenatan yang di alaminya hari ini.
Sore pun berganti malam, daun-daun mulai menunjukkan tanda-tanda kelemahannya dalam malam, beda dengan Aisyah yang begitu bersemangat untuk menelpon Muhammad sekedar bercakap-cakap dan menanyakan tentang janjinya dulu. Dengan begitu cekatan ia mulai mencari-cari nama Muhammad diantara nama-namayang tersimpan dalam kontak handphonenya. ‘Tuuuuutt 3x’ bunyi nada yang tak kunjung diangkat,‘Mungkin Muhammad masih tidur’ pikirnya, Aisyah pun mencobanya sekali lagi, setelah berkali-kali tak diangkat akhirnya Aisyah pun menyerah dengan sedikit desahan keras yang keluar dari mulutnya. Ia pun sekali lagi merebahkan badannya di atas tempat tidur memikirkan masalah yang akan menanti keesokan harinya. Hari ini adalah hari terakhir Aisyah di kota Jombang, esok ia harus pulang ke kampung halaman menemui orangtuanya.
Dengan pasrah Aisyah berjalan gontai keluar kos menghadapi setiap masalah yang akan dihadapinya nanti, sambil menatap kebelakang melihat kenangan yang tersisa untuk terakhir kalinya, lalu menuju terminal kota untuk pulang ke kampung halaman, hembusan angin mengikuti setiap langkah Aisyah dalam perjalanan pulang. Sesampainya di rumah, ia disambut dengan hangat oleh kedua orangtuanya, merebahkan diri diatas kasur menjadi kebiasaan baru bagi Aisyah.
Esok pada pagi harinya Aisyah duduk-duduk didepan teras melihat suasana kampung yang sudah lama tidak ia rasakan, sambil makan pisang goreng hangat dan segelas teh membuat suasana menjadi semakin hangat dan damai.
‘Sebentar lagi calon pilihan ayah akan datang, sengaja tidak ayah bilang ke kamu dulu, sebagai kejutan’ ucap ayah yang tiba-tiba duduk disamping Aisyah.
‘Hah, kenapa tergesa-gesa yah, aku kan belum siap’ jawab Aisyah sambil terkejut menatap ayahnya kuyu.
‘Apa yang kamu tunggu nduk, kamu kan sudah besar, nggak baik perempuan kelamaan berdiam diri dirumah orangtuanya’ ucap ayah menasihati.
‘Tapi yah...’
‘Nggak usah tapi-tapian, sebentar lagi mereka akan datang cepat siap-siap sana’ kata ayah
Dengan terpaksa Aisyah masuk kerumah menuju kamarnya, duduk berdiam diri memikirkan apa yang akan ia katakan nanti di depan orangtuanya dan keluarga dari calon pilihan ayah. Menit telah berlalu satu jam, akhirnya mobil yang ditunggu-tunggu pun datang, satu persatu dari mereka keluar dari mobil menghampiri ayahnya dan mempersilahkan mereka untuk masuk. Aisyah pun bergegas menuju dapur untuk meyiapkan minuman bersama ibunya, dengan hati-hati Aisyah membawa nampan berisi segelas teh ke ruang tamu. Ia akhirnya duduk disamping ayahnya yang sedang berbincang-bincang dengan teman masa kecilnya. Setelah berbincang-bincang begitu lama ayah pun angkat bicara
‘Gimana kabar Amad ?’
‘Alhamdulillah sehat’
‘Masalah pernikahan gimana? nak Amad sudah siap?’
‘Tanya aja ke dia’ jawabnya sambil mencari-cari keberadaan Amad, ‘Lho Bu Amad kemana?’ Tanyanya kepada istrinya.
‘Nggak tau tho la wong dari tadi Ibu sama Bapak’ jawab istrinya sedikit medok, ‘Masih dimobil mungkin pak’ Lanjutnya
‘Tolong Bu di panggilin Amadnya’ suruh Bapak
Selang beberapa lama Amad pun muncul setelah dipanggil Ibunya dan duduk disamping ayahnya yang ternyata tepat di depan Aisyah yang sedang menunduk.
‘Nduk’ Panggil ayahnya kepada Aisyah.
‘Dalem pak’ jawabnya sopan langsung menatap wajah ayahnya.
‘Ini, Ayah kenalin sama Amad yang mau meminang kamu’ jelas ayahnya dengan menunjuk orang yang ada didepannya.
Aisyah langsung menoleh mengikuti arah jari ayahnya. Setelah beberapa saat meneliti wajah orang didepannya, Aisyah pun terkaget-kaget setelah mengetahui bahwa yang didepannya adalah Muhammad kekasihnya dulu waktu di bangku kuliah.
‘Muhammad ?’ tanya Aisyah dengan wajah terheran-heran.
‘Iya Syah’ jawab Muhammad dengan enteng
‘Kok kamu bisa disini, bukannya kamu waktu itu ingin pergi ke korea nerusin pendidikan mu’ tanya Aisyah
‘Nggak jadi, karena aku masih ada kerjaan di rumah’ jawab Muhammad
‘Terus kenapa kamu nggak angkat telpon aku, kukira kamu udah pergi ke korea’
‘Maaf Syah, aku cuma nggak pengen inget kamu terus’ jawab Muhammad, ‘Yang penting sekarang aku di depanmu dan mau nepatin janjiku tuk menikahi kamu’
Dengan cepat Muhammad mengeluarkan sebuak kotak cantik berbungkus pita merah muda yang didalamnya berisi cincin berlian kemudian ahmad langsung berlutut di depan Aisyah menyodorkan cincin itu.
‘Izinkan aku meminangmu dengan bismillah’
Sontak dengan wajah memerah disertai peluh dimatanya Aisyah menjawab hanya dengan anggukan. Seisi ruangan pun terasa haru melihat dua insan yang saling berpadu kasih di jalan Allah ini.
‘Sesungguhnya Allah menciptakan setiap makhluknya itu berpasang-pasangan’. Sungguh maha besar Allah yang telah menciptakan kita dalam naungan islam yang penuh dengan kasih sayang.


Golden Time

kali ini aku mencoba membuat tulisan sebuah cerita bersambung, mungkin masih acak-acakan sih, maklum masih pemula, hehe tapi semoga anda semua menikmatinya :D
By : Oyidyoshii
    Angin berhembus pelan menyapa pagi, daun beterbangan menari-nari mengikuti irama sang angin, entah kenapa aku begitu menyukai angin. Pagi ini mentari terlihat sungguh indah bagiku. Namaku Endru, Andrea Aliendru. Hari ini pertama kalinya aku masuk sekolah lagi setelah sekian lama ‘meliburkan diri’ karena kecelakaan dan jatuh sakit selama setahun. Aku lupa bagaimana kejadiannya, yang aku ingat tiba-tiba aku sudah dirumah sakit. Aku diterima di sma favorit di kota, sma gakuen, tidak sia-sia aku belajar selama empat belas jam sehari buat masuk ke sekolah tersebut. Aku berjalan menyusuri sungai kecil yang di sekitarnya terdapat padang rumput hijau, sungguh indah, ditambah dengan jernihnya air sungai yang memancarkan sinar mentari layaknya sebuah cermin. Tempat tinggalku berada cukup jauh dari sekolah jadi aku harus berjalan lumayan jauh untuk sampai ke sekolah. Jalanan sisi sungai adalah yang tercepat buatku sampai ke sekolah. Aku tinggal sendirian di sebuah apartemen kecil di pinggiran kota.
    Ketika tiba di depan gerbang sekolah aku hanya bisa terdiam melihat bangunan sekolah yang berdiri disana. Nampak elegan dan megah. Setelah masuk gerbang aku harus berjalan lagi melewati pohon sakura yang berjejer sangat rapi di samping kiri dan kanan. Aku terkagum-kagum melihatnya. GUBRAAK, aku terjatuh,
“aduduh, sial karena melamun aku gak liat nabrak sesuatu”, umpatku sendiri. Saat aku lihat sudah ada yang jatuh di depanku, seorang cewek dengan rambut pirang bergelombang sepunggung. Aku mengulurkan tanganku membantunya berdiri.
“terima kasih”, ucapnya tanpa melihat. Dia berusaha membersihkan debu yang mengotori seragamnya.
“maaf-maaf, aku tadi nggak liat kalo ada kamu”, dia hanya menengok melihatku tanpa berkata sedikitpun dan langsung pergi begitu saja. Tidak begitu jelas bagaimana rupa wajahnya karena sebagian tertutup oleh rambutnya.
Aku melihat jam tanganku, tepat jam tujuh, “oh sial, aku terlambat” dengan segera aku langsung lari menuju ke aula untuk mengikuti upacara siswa baru.
    Aku melihat aula, belum dimulai, “untung saja aku masih sempat”, pikirku sambil melihat jam tanganku. Aula tersebut lumayan besar untuk menampung ribuan siswa baru dari berbagai penjuru kota. Sekolah gakuen merupakan sekolah elit yang sangat populer di kota, bagaimana tidak hampir dari keseluruhan siswa disini adalah seorang anak dari konglomerat-konglomerat yang kaya raya. Aku sangat beruntung bisa masuk ke sekolah gakuen, karena seleksinya begitu ketat.
“maaf boleh saya duduk disini ?” tanyaku kepada seorang siswa,
“oh silahkan, kebetulan masih kosong”, akhirnya aku duduk disampingnya.
“namaku Endru” sambil mengulurkan tangan, aku mencoba berkenalan dengannya,
“oh, namaku Kevin” dia tersenyum kecil menyambut tanganku. Aku tidak percaya dia sungguh tampan apalagi dengan senyumannya itu. Kalau aku jadi perempuan mungkin aku sudah jatuh cinta padanya.
Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, aku merasa bosan dengan upacara tersebut, ditambah dengan pidato kepala sekolah yang sangat lama. “selanjutnya mari kita dengarkan pidato dari seorang perwakilan siswa baru”, suara dari seorang mc tersebut mengudang perhatianku. Bukankah perwakilan siswa baru adalah siswa yang mendapat nilai tertinggi dalam tes. Aku ingin melihat siapa orangnya. Seorang siswi berdiri dari tempat duduknya, dengan rambut yang tergerai panjang dia maju menuju panggung dengan sebuah kebanggan yang terpancar dari wajahnya. Sekilas dia tersenyum kepada kami, sangat manis. Aku tidak tahu apa maksudnya tapi sepertinya aku kenal dengan orang tersebut. Oh aku ingat, dia kan orang yang aku tabrak tadi pagi.
“siapa dia ?”, aku ingin tahu siapa namanya. Kevin kaget tak percaya
“kamu tidak tahu siapa dia ?”, dia balik bertanya karena masih tidak percaya dengan pertanyaanku tadi. Aku hanya menggeleng pelan.
“kemana saja kamu ?”, aku hanya diam mengangkat bahuku. Aku bingung.
“dia namanya Angeline, seorang siswa yang mendapat nilai tertinggi saat tes”
“tidak hanya itu dia juga sangat populer di kalangan siswa baru karena dia anak tunggal dari pemilik rumah sakit ternama di kota, kau tidak tahu hal tersebut ?” dia geleng-geleng melihat sikapku yang tidak tahu apa-apa. Aku hanya diam, aku tidak tahu, yang aku tahu dia sangat cantik dan manis.
___BERSAMBUNG___
jangan lupa berikan komentarnya, aku nggak bisa hidup tanpa komentarmu.. haha alay :>